6 Cara Mengatasi "Writer's Block" Ketika Menulis



"Novelku mentok di bab 5, dan aku gak tau gimana melanjutkannya"

"Novel gue gak ada kemajuan, gak punya ide sama sekali"

"Pikiranku buntu nih. Kayaknya aku lagi dapet writer's block"

Anda mungkin pernah mendengar kalimat ini, atau mungkin Anda termasuk yang pernah mengatakannya, baik bercanda atau serius.

Kalimat-kalimat di atas muncul karena si penulis, atau pengarang, atau blogger, merasa mendapat atau dihinggapi writer's block.

Writer's block adalah kondisi ketika si penulis merasa sisi kreatifnya terblokir, entah oleh apa, yang membuat kisah yang ditulisnya tersendat, atau bahkan terhenti.

Writer's block membuat si penulis tak bersemangat, tidak mood untuk melanjutkan kisah yang digarap. Cerita yang dibuat akhirnya terlantar.

Tak boleh ada

Bagi penulis, writer's block itu dianggap sebagal hal yang lumrah, dan merupakan bagian dari lika-liku menulis fiksi. Padahal, seharusnya, writer's block itu tak boleh ada.

Kenapa?

Coba bayangkan jika situasi ini didapat mereka yang berkecimpung di profesi lain. Misalnya ada dokter bedah bernama Candra. Dokter Candra beserta perawat sudah siap di meja operasi. Pasien sudah terbaring dan segera dibius.

Dan kemudian dr Candra membuka baju dokternya dan berkata kepada para perawat," Operasi saat ini batal, aku lagi gak mood untuk mengoperasi. Aku lagi dapet doctor's block..."

Atau anggota polisi lalu lintas, katakanlah bernama Brigadir Kepala Sucipto. Bripka Sucipto sedang mengatur lalulintas yang macet dan tiba-tiba dia meninggalkan posnya dan masuk rumah makan.

Ketika ada yang tanya, Bripka Sucipto bilang, "Wah aku gak bisa bertugas. Aku lagi dapat police block..."

Atau ibu guru Suryani yang tiba-tiba berhenti mengajar dan meninggalkan kelas karena mengalami "teacher's block".

Tentu saja, tiga ilustrasi di atas tidak pernah, mungkin tak akan pernah dan tak boleh terjadi. Dokter bedah, polantas, guru, dan beraneka profesi lain pasti pernah mengalami saat-saat suntuk, merasa tidak mood dan gairah bekerja hilang. Namun apakah kondisi itu membuat mereka menghentikan pekerjaannya?

Tidak.

Dokter bedah akan tetap melakukan operasi, dan melakukannya dengan kehati-hatian tingkat tinggi, sekalipun lagi bad mood. Karena itu tuntutan profesi. Itulah profesionalitas.

Seharusnya hal seperti itu juga berlaku bagi penulis. Jika ingin menulis, apalagi jika sudah memutuskan menjadikan menulis sebagai profesi, maka writer's block itu tak boleh ada.

Tapi writer's block memang ada. Jadi, bagaimana mengatasinya? Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi writer's block.

1) Cari akar masalah

Writer's block itu memang menyebalkan. Dan bisa membuat frustrasi. Namun semua akibat tentu punya penyebab. Jadi yang perlu dilakukan adalah mencari akar masalah.

Kenapa novel mentok di bab 5? Apakah karena si penulis tak tahu bagaimana supaya karakter A pindah ke B? Ataukah plotnya yang meragukan? Atau penokohan?

Jika pangkal masalah bisa diidentifikasi, cobalah melakukan perbaikan. Jika ada poin yang terasa meragukan, perbaki. Bahkan jika perbaikan itu berpotensi mengubah jalannya cerita, lakukan saja.

2) Cari udara segar

Jika suntuk dan pikiran mampet, cobalah mencari udara segar. Keluar dari ruang kerja atau rumah. Nikmati keindahan kembang dan bunga-bunga. Nikmati saat ketika Sang Surya kembali ke peraduan. Nikmati aliran air di sungai. Nikmati keriuhan jalanan dengan mobil yang padat.

Jika membiarkan pikiran menjadi rileks, Anda akan merasakan munculnya energi baru, ide serta gagasan baru. Pikiran akan terbuka dan adegan demi adegan dari kepingan novel yang ditulis akan berkelebat di benak. Dan Anda punya ide segar untuk meneruskan cerita yang mandek.

3) Berolahraga ringan

Jika lagi mentok, berolahragalah. Biarkan darah mengalir lebih cepat. Biarkan detak jantung berdenyut lebih kencang

Bagi laki-laki, cobalah melakukan push up, angkat beban atau memukul sansak, jika ada. Untuk perempuan bisa dengan berlari ringan di dalam rumah, atau melakukan jogging.

Anda akan terkejut dengan dampak olahraga ringan ini pada tubuh dan otak. Semangat Anda akan membara, dan otak akan mampu menembus sekat yang membuat Anda mandek

4) Tatap si kursor tercinta

Alternatif untuk mengatasi writer's block adalah dengan menatap si kursor. Pertama, matikan koneksi internet, atur suara ponsel dalam mode senyap, tutup pintu dan buka komputer.

Tampilkan satu file word kosong dan tempatkan kursor di bagian tengah layar.

Kemudian tatap si kursor. Nikmati kedipannya. Sambil menatap, biarkan pikiran Anda mengembara. Pikirkan segala kemungkinan, adegan, peristiwa, alur, termasuk gagasan dan ide yang paling liar.

Setelah menatap si kursor dengan "mesra" selama 10 menit, setelah membiarkan pikiran mengembara dan menjelajahi berbagai kemungkinan, pikiran Anda akan disesaki beragam ide dan kemungkinan. Alur yang tertutup bisa dibuka. Kisah yang macet bisa ditemukan jalan keluarnya.

5) Tulis cerita lain

Jika segala upaya tak mampu menembus blokade yang membuat pikiran mandek, cobalah "plan B", dengan membuat kisah yang sama sekali berbeda, baik jalan cerita, penokohan, genre, setting maupun alurnya.

Anda juga bisa membuat tulisan non fiksi, berupa opini atau ulasan tentang sesuatu, dan dipublikasi di blog.

Membuat cerita atau tulisan dengan genre yang berbeda akan membuat otak bekerja lebih kreatif. Jika kisah atau tulisan alternatif ini sudah rampung dan sudah dipublikasi, anda bisa kembali ke cerita pertama dan mencoba melanjutkan dengan pendekatan yang berbeda.

6) Kembali mencinta

Ingatkah Anda ketika pertama kali mencoba menulis? Anda menulis bukan supaya menjadi kaya atau terkenal. Anda menulis karena mencintai kegiatan menulis. Anda menyukai dan meresapi proses demi proses tahapan penulisan.

Jika merasa dihinggapi writer's block, artinya Anda mulai tidak menikmati proses penulisan. Anda mulai merasa menulis sebagai beban dan keterpaksaan.

Jika itu yang terjadi, renungkanlah dan ingat masa romantisme indah ketika pertama kali menulis. Dan coba menghadirkan kembali rasa cinta itu.

Menulis merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Dan ketika memutuskan untuk menjadikannya sebagai profesi, rasa cinta itu harus tetap dipupuk dan dijaga.

Bukan momok

Jadi, writer's block itu bukan momok yang harus ditakuti. Writer's block bisa diatasi karena sesungguhnya itu hanya permainan perasaan. Padahal, writer's block itu tak pernah ada, dan seharusnya tak boleh ada.

Apakah Anda pernah merasakan kehadiran writer's block ini? Apakah Anda punya solusi lain soal writer's block? Silakan membagikan pengalaman di kolom komentar.

0 comments:

Post a Comment